Suhartoyo, . (2013) Logika menurut Tan Malaka dalam Madilog. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Preview |
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (551kB) | Preview |
Preview |
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf Download (226kB) | Preview |
Text (BAB 2)
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (509kB) |
|
Text (BAB 3)
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (571kB) |
|
Text (BAB 4)
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (401kB) |
|
Preview |
Text (BAB 5)
BAB 5.pdf Download (503kB) | Preview |
Preview |
Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf Download (276kB) | Preview |
Abstract
Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan berpikir bagi manusia.Logika membantu manusia untuk mengetahui dan memahami realitas hidup melalui hukum-hukumnya. Selain itu, logika juga merupakan cara berpikir manusia untuk mengarahkan akal budinya demi mendapatkan pengetahuan yang benar. Dengan itu, logika menjadi sarana berpikir bagi manusia. Aristoteles pun mengatakan bahwa logika merupakan sarana untuk mempelajariilmu pengetahuan lainnya. Thomas Aquinas juga mengatakan bahwa logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dan digunakan di dalam semua ilmu-ilmu pengetahuan. Logika memiliki kebenaran yang objektif, tanpa dipengaruhi situasi atau kondisi subjek. Artinya, setiap orang berpikir tidak bergantung pada kondisi dan latar belakang subjek yang meliputi kondisi sosial, sejarah, dan kultural. Akan tetapi, menurut Tan Malaka, hal tersebut berbeda dengan cara berpikir yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yakni cara berpikir mistik dan dogmatik. Dalam buku “Madilog” Tan Malaka menyebut sebagai logika “mistika”. Cara berpikir mistik tersebut dipengaruhi oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia, yakni perbudakan. Perbudakan disebabkan oleh sistem kapitalisme-kolonialisme bangsa asing yang menjajah selama tiga setengah abad dan feodalisme-tradisional bangsa Indonesia.Di tengah penjajahan, bangsa Indonesiamemiliki kecenderungan untuk berpikir pasif dan takut untuk berpikir mandiri. Bangsa Indonesia lebih mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal, dan takhayul atau ramalan.Hal ini menjadikan mereka berpasrah atau menyerah kepada nasib ketika menghadapi realitas hidup. Logika “mistika” adalah cara berpikir yang menganggap bahwa penyebab segala sesuatu adalah Roh atau hal-hal gaib, Ptah. Roh-roh tersebut memiliki kekuatan gaib dan bersifat tahkayul dan mistis. Kekuatan tersebut dapat menentukan atau berpengaruh pada hidup manusia secara langsung. Bagi Tan Malaka, logika tersebut tidak dapat menghantar bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Sebelum memperjuangkan kemerdekaan sosial, ekonomi, dan politis, bangsa Indonesia harus memiliki kemerdekaan berpikir. Dengan ini, bangsa Indonesia dituntut untuk melakukan perubahan terhadap cara berpikir. Untuk itu, logika tersebut harus digantikan dengan logika baru. Logika tersebut akan membawa bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan, terutama dalam hal berpikir. x Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kosep logika menurut Tan Malaka. Logika tersebut menjadi kritik terhadap logika “mistika”. Logika “mistika” adalah cara berpikir yang digunakan oleh bangsa Indonesia. Metode penelitian ini adalah studi pustaka. Penelitian ini akan menggunakan karya utama Tan Malaka sebagai rujukan, yakni buku “Madilog”. Madilog menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Penelitian juga akan menggunakan sumber-sumber lain yang lain sebagai pendukung. Menurut Tan Malaka, logika adalah cara berpikir antimistik dan antidogmatik. Cara berpikir antimistik adalah penolakan terhadap caraberpikir yang bersifat mistis, gaib dan takhayul dalam berpikir. Cara berpikir antidogmatik adalah penolakan terhadap cara berpikir yang bersifat pasif, dogmatik, dan ketergantungan atau ketidakmandirian untuk menentukan keputusan bagi diri atau bangsanya sendiri. Artinya, orang tidak mau berpikir sendiri. Bagi Tan Malaka, cara berpikir harus berdasarkan materi dan dialektika, atau logika terkait dengan materialisme dan dialektika materialisme. Pertama, logika terkait materialisme adalah cara berpikir mempertimbangkan materi, sehingga dapat dibuktikan. Menurut Tan Malaka, materi adalah benda-benda dan kondisi masyarakat. Materi dapat diketahui melalui pancaindra manusia. Untuk mengetahui materi tersebut, orang akan dibantu oleh metode ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, logika terkait dialektika materialisme adalah cara berpikir dialektis dan tidak hanya menggunakan prinsip identitas dan non-kontradiksi. Bangsa Indonesia akan mempertanyakan, mempertentangkan (dialektik) dan mengolah segala sesuatu yang diterima dengan akal budinya untuk menjadi hal baru. Dengan demikian, logika Tan Malaka menjadi kritik atas logika mistika, sehingga akan membantu bangsa Indonesia melepaskan dari penjajahan kultural. Bangsa Indonesia akan memiliki kemerdekaan dalam berpikir. Kemerdekaan menentukan kemajuan dan perkembangan bangsanya sendiri.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Department: | ["eprint_fieldopt_department_Faculty of Philosophy" not defined] |
Uncontrolled Keywords: | logika, “mistika”, mistik, dogmatik, materialisme, dialektika, antimistik, antidogmatik |
Subjects: | General > B Philosophy (General) |
Divisions: | Faculty of Philosophy > Philosophy Science Study Program |
Depositing User: | Vincentius Widya Iswara |
Date Deposited: | 25 Nov 2014 01:38 |
Last Modified: | 25 Nov 2014 01:38 |
URI: | https://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/344 |
Actions (login required)
View Item |