Sugiharto, Darmokusumo Atmojo (2014) Konsep relasi intersubyektifit menurut Martin Buber. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Preview |
Text (ABSTRAK)
Abstrak.pdf Download (437kB) | Preview |
Preview |
Text (BAB 1)
BAB I.pdf Download (44kB) | Preview |
Text (BAB 2)
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (363kB) |
|
Text (BAB 3)
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (392kB) |
|
Text (BAB 4)
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (135kB) |
|
Preview |
Text (DAFTAR PUSTAKA)
Daftar Pustaka.pdf Download (165kB) | Preview |
Abstract
Manusia secara kodrati memiliki dua dimensi yaitu dimensi personal dan sosial. Dimensi personal pada manusia menyatakan sisi rohani atau kualitas dalam diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakannya dengan yang lain. Sisi personal ini membuat manusia mampu menyadari dirinya serta segala tindakannya. Manusia mampu menentukan dirinya sendiri, sehingga segala tindakan dan kehendaknya berasal dari dirinya sendiri. Dengan segala kebebasan dan tanggungjawab atas dirinya, manusia dapat menentukan perkembangan dirinya. Selain dimensi personal, manusia juga memilki dimensi sosial. Dimensi sosial ini mambuat manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia senantiasa membutuhkan sesamanya. Kehadiran sesama dalam hidup manusia semakin membuat manusia menyadari dirinya. Kondisi ini akan membuat manusia bertindak secara khas sebagai manusia. Kehadiran sesama bagi manusia juga mengantar manusia pada keutuhan dirinya. Namun saat ini, pola relasi yang dibangun oleh manusia cenderung kurang menghargai sesamanya. Pola relasi yang dikembangkan oleh manusia cenderung bersifat fungsional. Relasi yang sudah terbangun antara manusia dengan sesamanya akan hancur ketika sesama sudah tidak lagi berfungsi atau berarti lagi bagiku. Dengan kata lain, sesama tidak lebih hanya sekedar objek bagi dirinya. Pandangan bahwa sesama sebagai objek tidak hanya menjadi pergumulan manusia saat ini. Berdasarkan keprihatinan di atas, penulis dalam skripsi ini hendak menggagas, menelaah serta mengkaji konsep tentang relasi intersubjektif menurut Martin Buber. Dari konsep tersebut penulis akan memberikan sumbangan pemikiran tentang relasi intersubjektif bagi kehidupan berbangsa Indonesia dan karya pastoral. Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi pustaka atas konsep relasi intersubjektif menurut Martin Buber. Dari tujuan penulisan skripsi penulis melihat pergumulan seorang filsuf bernama Martin Buber (1878-1965) tentang kenyataan yang berkembang saat ini bahwa sesama hanya dipandang sebagai objek. Pergumulan tersebut dialami Martin Buber melalui pengalaman hidupnya. Beberapa pengalaman hidup Martin Buber menghantar dia untuk sampai pada tema-tema filosofis yang mempengaruhi pemikirannya tentang konsep manusia. Tema-tema filosofis tersebut antara lain x perjumpaan personal, komunikasi, kesetaraan dan keterbukaan. Tema-tema filosofis ini mempengaruhi Martin Buber untuk sampai menemukan dua prinsip dasar yang menggerakkan hidup manusia yaitu kemampuan untuk mengambil jarak dan kemampuan untuk masuk ke dalam sebuah relasi. Prinsip pertama menjadi dasar yang memungkinkan terjadinya prinsip kedua. Artinya bahwa sebelum masuk ke dalam sebuah relasi manusia harus menetapkan jarak. Jarak di sini bukan berarti sebagai pembatas sebuah relasi. Jarak justru dibutuhkan agar manusia dapat menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan diriku. Kemampuan untuk mengambil jarak dan masuk ke dalam sebuah relasi tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa manusia hidup di dalam kosmos. Kenyataan ini membuat manusia tidak dapat lepas dari sebuah relasi dengan sesuatu di luar dirinya yang berada di kosmos. Namun relasi manusia tidak hanya terkait dengan segala yang berada di dalam kosmos tetapi juga sang pencipta yang melampaui segala sesuatu yang ada di dalam kosmos. Oleh karena itu, Martin Buber mengklasifikasikan jenis relasi dalam hidup manusia menjadi tiga antara lain: Relasi pertama relasi antara “aku-sesuatu” (I-It). Relasi yang kedua ialah relasi antara “aku-engkau” (I-thou). Relasi ketiga ialah relasi antara “aku-Engkau Absolut” (I- Eternal Thou). Ketiga jenis relasi ini tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat menolak salah satu pola relasi. Bagi Martin Buber, manusia hendaknya bijak dalam menyikapi pola relasi yang senantiasa melekat dalam hidup manusia. Setelah menggagas, menelaah, dan mengkaji pemikiran Martin Buber penulis dapat menemukan konsep relasi intersubjektif pada pola relasi “aku-engkau” (I-thou). Martin Buber memberi nama relasi intersubjektif dengan relasi “aku-engkau” (I-thou). Pada relasi ini, manusia berjumpa secara personal dengan sesamanya, di mana antara aku dan engkau sama-sama bertindak sebagai subjek. Pola relasi subjek dengan subjek inilah yang menjadi kekhasan dari relasi intersubjektif. Dalam kehidupan berbangsa Indonesia pemikiran Martin Buber terkait dengan relasi intersubjektif sungguh masih relevan. Permasalahan yang sering terjadi pada relasi antar umat beragama serta antara majikan dan buruh akan dapat diatasi dengan pola relasi intersubjektif, di mana setiap manusia dapat menghargai sesamanya sama seperti dirinya sendiri. Tidak hanya dalam kehidupan berbangsa Indonesia, pemikiran Martin Buber juga relevan dalam karya pastoral. Relasi intersubjektif dalam pemikiran Martin Buber juga akan membantu menyelesaikan permasalahan dalam KKU dan keluarga. Ketika manusia mampu mengembangkan relasi intersubjektif maka dunia akan menjadi damai, di mana manusia saling menghargai sesamanya seperti dirinya.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Department: | ["eprint_fieldopt_department_Faculty of Philosophy" not defined] |
Subjects: | General > B Philosophy (General) |
Divisions: | Faculty of Philosophy > Philosophy Science Study Program |
Depositing User: | Vincentius Widya Iswara |
Date Deposited: | 08 Sep 2014 06:18 |
Last Modified: | 21 Nov 2014 05:57 |
URI: | https://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/20 |
Actions (login required)
View Item |