Vincentius, . (2014) Relasi dengan orang lain dalam perspetif Emmanuel Levinas. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Preview |
Text (ABSTRAK)
BASTRAK.pdf Download (371kB) | Preview |
Preview |
Text (BAB 1)
BAB I.pdf Download (188kB) | Preview |
Text (BAB 2)
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (259kB) |
|
Text (BAB 3)
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (262kB) |
|
Text (BAB 4)
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (259kB) |
|
Preview |
Text (LAMPIRAN)
9) Daftar Pustaka.pdf Download (47kB) | Preview |
Abstract
Relasi dengan “Orang Lain” sangat bergantung pada cara “Aku” memandang “Orang Lain”. Apabila “Orang Lain” dilihat sebagai “Yang Lain” atau “Aku Yang Lain”, maka muncullah totalitas dan reduksi terhadap “Orang Lain” dan berujung pada konflik dan kekerasan. Levinas menawarkan cara memandang “Orang Lain” sebagai wajah yang menampakkan diri kepada “Aku”. Wajah itu eksterior, memiliki keberlainan, bermakna dalam dirinya sendiri, dan luhur. Berhadapan dengan wajah “Orang Lain”, “Aku” membangun relasi yang asimetri dengan “Orang Lain”. Relasi jenis ini membutuhkan kehadiran konkret, yang memungkinkan seseorang untuk melakukan percakapan. Melalui percakapan, “Orang Lain” dapat menyingkapkan dirinya kepada “Aku”. Akan tetapi, di sini dibutuhkan keterbukaan diri dari pihak “Aku”. Relasi asimerti menuntut adanya keramahtamahan, pembatasan kebebasan, dan pemberian diri dari pihak “Aku”. Semua ini merupakan tanggung jawab dari “Aku” kepada “Orang Lain” yang sifatnya tak terbatas dan tidak menuntut balasan. Relasi dengan “Orang Lain” tidak hanya berhenti pada relasi interpersonal saja, tetapi meluas pada relasi dengan “Orang-orang Lain” (pihak ketiga) yang membentuk relasi sosial. Dengan demikian, tanggung jawabku bertambah, yakni tanggung jawab atas orang-orang lain ini. Relasi sosial membentuk persaudaraan yang memiliki banyak tuntutan-tuntutan demi mewujudkan keadilan sosial. Pemikiran Levinas mengenai relasi dengan “Orang Lain” ini dikritik oleh Derrida. Kendati memiliki kelemahan, pemikiran Levinas tetap relevan dengan kehidupan pada zaman ini, dan juga dalam kehidupan orang Kristiani. Ajaran cinta kasih merupakan hukum yang utama dalam iman Kristiani. Kasih kepada sesama terdapat dalam perumpamaan “Orang Samaria yang Murah Hati” (Luk. 10:25-37). Kasih kepada sesama sebagaimana yang dilakukan oleh orang Samaria membutuhkan kehadiran konkret, keterbukaan hati, dan pemberian diri yang diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menolong orang lain. Tindakan menolong dan menyelamatkan orang lain ini merupakan tanggung jawab yang tak terbatas. Kasih kepada sesama adalah kasih yang universal, di mana semua orang adalah saudara bagiku. Di sinilah “Aku” dan “Orang-orang Lain” membangun persaudaraan, yang menuju kepada keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Department: | ["eprint_fieldopt_department_Faculty of Philosophy" not defined] |
Subjects: | General > B Philosophy (General) |
Divisions: | Faculty of Philosophy > Philosophy Science Study Program |
Depositing User: | Vincentius Widya Iswara |
Date Deposited: | 08 Sep 2014 05:57 |
Last Modified: | 21 Nov 2014 06:17 |
URI: | https://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/18 |
Actions (login required)
View Item |