Devvy, Yohana, Intan, Theresia and Krisdinanto, Nanang (2020) Desakralisasi film horor Indonesia dalam kajian reception analysis. Desakralisasi film horror Indonesia dalam kajian reception analysis, 4 (1). pp. 1-19. ISSN p-ISSN: 2548-687X e-ISSN: 2549-0087, Jurnal Nasional terakreditasi peringkat 2
Preview |
Text (Desakralisasi film horor Indonesia dalam kajian reception analysis)
7-Desakralisasi_film_horor_.pdf Download (787kB) | Preview |
Preview |
Text (Desakralisasi film horor Indonesia dalam kajian reception analysis)
7-Desakralisasi_film_horor_Hasil_cek_similarity_.pdf Download (5MB) | Preview |
Preview |
Text (Desakralisasi film horor Indonesia dalam kajian reception analysis_peer_review)
7-R1&2-Desakralisasi_film_horror_ .pdf Download (666kB) | Preview |
Abstract
mendeskripsikan mengenai penerimaan penonton mengenai desakralisasi agama yang tergambarkan dalam film horor Indonesia pasca Orde Baru. Beberapa film yang akan diteliti diantaranya Asih (2018), Danur 2: Maddah (2018), Pengabdi Setan (2017), Ruqyah: The Exorcism (2017), Hantu Jeruk Purut Reborn (2017), dan Hantu Rumah Ampera (2009). Desakralisasi dalam film tersebut terbagi dalam tiga hal, yakni: tokoh agama, ritual, dan simbol keagamaan. Desakralisasi merupakan penurunan makna dari nilai atau hal-hal yang dianggap sakral dalam kehidupan sosial. Beberapa adegan di film horor Indonesia, menunjukkan desakralisasi, seperti tokoh agama yang kalah dengan setan, diganggu saat beribadah. Sehingga desakralisasi dikatakan sebagai suatu upaya untuk menurunkan sifat religi benda atau hal yang dianggap suci dan mengedepankan rasionalitas dalam menghadapi suatu konflik pada suatu hal. Pemilihan informan didasarkan pada usia, agama, aliran kepercayaan, pendidikan. Penelitian ini dilakukan metode analisis resepsi, teknik wawancara mendalam, serta menggolongkan hasil penerimaan informan ke dalam tiga kategori posisi yang dikemukakan oleh Stuart Hall, yakni: dominan, negosiasi, oposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam memaknai film horor. Penonton atau informan berada pada oposisi ketika memaknai desakralisasi ritual keagamaan. Informan cenderung pada oposisi karena dipengaruhi pengalaman dan latar belakang seperti pernah melewati ritual pembukaan mata batin dan melakukan ibadah.
| Item Type: | Article |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Penelitian khalayak; desakralisasi; horor Indonesia; tokoh agama; simbol agama |
| Subjects: | Communication Science |
| Divisions: | Journal Publication |
| Depositing User: | F.X. Hadi |
| Date Deposited: | 04 Nov 2020 05:24 |
| Last Modified: | 06 Jan 2021 03:36 |
| URI: | http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/23750 |
Actions (login required)
 |
View Item |