Kajian pemikiran manusia-satu dimensi menurut Herbert Marcuse

Prayogi, Karel Nuki (2015) Kajian pemikiran manusia-satu dimensi menurut Herbert Marcuse. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.

[thumbnail of ABSTRAK]
Preview
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf

Download (223kB) | Preview
[thumbnail of BAB 1]
Preview
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf

Download (241kB) | Preview
[thumbnail of BAB 2] Text (BAB 2)
BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (305kB)
[thumbnail of BAB 3] Text (BAB 3)
BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (330kB)
[thumbnail of BAB 4]
Preview
Text (BAB 4)
BAB 4.pdf

Download (262kB) | Preview

Abstract

Karya tulis ini berjudul “KAJIAN PEMIKIRAN MANUSIA-SATU DIMENSI MENURUT HERBERT MARCUSE”. Ada dua masalah pokok yang hendak dikaji dalam karya tulis ini: (1) apakah konsep manusia-satu dimensi menurut Herbert Marcuse; (2) bagaimana Herbert Marcuse menjelaskan konsep manusia-satu dimensi itu sendiri. Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji dan mempelajari pemikiran manusia-satu dimensi menurut Herbert Marcuse. Untuk itu, penulis menggunakan metode penulisan berupa studi pustaka. Berdasar pembahasan yang telah dilakukan, penulis akan memaparkan butir-butir pemikiran mengenai manusia-satu dimensi menurut Herbert Marcuse, sebagai berikut: Pertama, menurut Herbert Marcuse kehidupan masyarakat industri modern didominasi oleh ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Wujud dari dominasi tersebut adalah munculnya rasionalitas teknologis. Melalui rasionalitas tersebut, hidup manusia akan dipandang dan dihargai sejauh bermanfaat dan berguna seperti sains dan teknologi bekerja. Kedua, pemikiran Marcuse mendasarkan pada pemikiran G.W.F. Hegel, Karl Marx, dan Sigmund Freud. Marcuse menggunakan pemikiran Marx untuk menganalisis kondisi kehidupan sosial yang dinilai sarat dengan penindasan. Marcuse menggunakan pemikiran Freud untuk menganalisis kondisi kejiwaan manusia. Melalui Hegel, Marcuse menggunakan dialektika untuk mengembangkan dimensi negasi atau oposisi. Ketiga, dalam analisisnya, Marcuse melihat bahwa kehidupan masyarakat industri modern tidak sehat. Alasannya karena masyarakat tersebut hidup dalam satu dimensi, di mana segala sesuatu ditujukan pada satu tujuan yaitu keberlangsungan sistem kapitalisme modern. Masyarakat satu dimensi berarti masyarakat tidak mengenal adanya dimensi oposisi dan negasi. Menurut Marcuse, satu dimensi masyarakat industri modern bisa dikenali melalui tiga hal yaitu: ekonomi, politik, dan bahasa. Dalam satu dimensi di bidang ekonomi, menurut Marcuse, masyarakat hidup dalam kenyamanan karena kebutuhan hidup terpenuhi. Bagi Marcuse, kenyamanan tersebut sengaja diciptakan penguasa untuk menguasai kesadaran setiap individu. Dengan dikuasainya kesadaran, hidup setiap orang akan sejalan dengan kehendak penguasa. Selanjutnya, satu dimensi di bidang politis. Menurut Marcuse, kehidupan politis masyarakat industri modern ditandai oleh kompromi. Kompromi merupakan suatu bentuk pembicaraan politis yang menekankan kesepakatan bahwa dasar-dasar dan nilai-nilai hidup sosial masyarakat telah dilemahkan dan ditransformasikan ke dalam sistem kapitalisme modern. Tujuan dari kompromi tersebut untuk menyingkirkan kemampuan akal budi manusia untuk berpikir secara kritis, sehingga kesadaran manusia pada akhirnya ditujukan untuk mendukung kepentingan penguasa yaitu mempertahankan kekuasaan. Sementara itu, pada satu dimensi di bidang bahasa, menurut Marcuse penggunaan bahasa dalam kehidupan masyarakat industri modern tidak lagi menunjukkan adanya perbedaan makna. Bahasa telah dikonstruksi ulang sehingga menjadi bahasa yang tidak mengenal perbedaan dan menekankan pada ciri fungsionalitasnya. Tujuan dari konstruksi bahasa tersebut untuk menciptakan suatu bahasa yang absolut dan anti-oposisi, sehingga tidak ada pihak yang akan melakukan perlawanan kepada pihak penguasa. Karena itu, Marcuse mengatakan bahwa bahasa yang difungsionalisasikan, disingkat, dan disatukan merupakan bahasa dari pemikiran satu dimensi. Keempat, Marcuse juga mengkritik pemikiran positivisme. Alasannya adalah pemikiran positivisme yang menekankan ciri empiris dapat menghilangkan kemampuan akal budi untuk berpikir secara abstrak. Berpikir secara abstrak tersebut dibutuhkan karena untuk menghasilkan pemikiran negasi atau oposisi yang terkandung dalam dialektika. Karena itu, dengan berlakunya pemikiran positivisme dengan sendirinya turut mendukung keberlangsungan pemikiran satu dimensi. Kelima, Marcuse memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh masyarakat industri modern. Solusi tersebut adalah menghilangkan ciri represif dari sains dan teknologi. Ada dua cara untuk mendukung solusi tersebut yaitu mengurangi kekuasaan dan mengurangi perkembangan secara berlebihan. Marcuse menunjuk kaum marjinal seperti orang terbuang, pengangguran, dsb sebagai agen revolusi. Marcuse menyebut gerakan tersebut bernama The Great Refusal, yaitu suatu gerakan yang menolak secara besar-besaran terhadap institusi, nilai, dan berbagai macam bentuk kenyamanan hidup dalam masyarakat industri modern.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Department: ["eprint_fieldopt_department_Faculty of Philosophy" not defined]
Uncontrolled Keywords: Manusia-satu dimensi, negasi, sains dan teknologi, positivisme, dan The Great Refusal
Subjects: Philosophy
Divisions: Faculty of Philosophy > Philosophy Science Study Program
Depositing User: stefanus redhitya
Date Deposited: 07 Jun 2018 06:46
Last Modified: 07 Jun 2018 06:46
URI: http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/14671

Actions (login required)

View Item View Item